Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Pendidikan

STIE Malangkucecwara Tumbuhkan Spirit Pancasila di Era AI melalui Gerakan Kebajikan Pancasila

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Yunan Helmy

17 - Oct - 2025, 15:02

Placeholder
“Penguatan Relawan Gerakan Kebajikan Pancasila” yang digelar oleh DPR RI dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bekerja sama dengan STIE Malangkucecwara, Jumat (17/10/2025). (Anggara Sudiongko/MalangTimes)

JATIMTIMES - Di tengah derasnya arus digitalisasi dan kehadiran kecerdasan buatan (AI), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Malangkucecwara menegaskan kembali pentingnya karakter dan nilai kebangsaan bagi generasi muda. Hal itu mengemuka dalam kegiatan “Penguatan Relawan Gerakan Kebajikan Pancasila” yang digelar oleh DPR RI dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bekerja sama dengan STIE Malangkucecwara, Jumat (17/10/2025).

Kegiatan yang dikemas dalam format dialog kebangsaan ini menghadirkan sejumlah pemateri nasional. Di antaranya perwakilan dari BPIP dan anggota Komisi XIII DPR RI Ahmad Basarah, yang selama ini dikenal sebagai tokoh penggerak penguatan nilai-nilai Pancasila di kalangan muda.

Baca Juga : Psikologi UIN Malang Mengabdi: Goes to Pesantren, Tebar Energi Bahagia dan Jiwa Sehat di Kalangan Santri

Kehadiran mereka menambah bobot diskusi yang berlangsung hangat dan reflektif tentang bagaimana Pancasila tetap relevan di era kecerdasan buatan, zaman ketika algoritma mulai menata cara manusia berpikir, bekerja, dan bersikap.

1

Ketua STIE Malangkucecwara Drs Bunyamin MM PhD mengaku awalnya hanya menyambut kegiatan itu, namun kemudian dipercaya menjadi salah satu narasumber utama. Ia menekankan bahwa perguruan tinggi memiliki tanggung jawab strategis dalam menyiapkan generasi pancasilais di tengah revolusi digital.

“Kalau bicara bisnis, saya pede. Tapi bicara soal bagaimana menjadi insan Pancasilais di era digital, itu tantangan yang lebih dalam,” ujarnya di hadapan peserta dialog.

Dalam paparannya, Bunyamin memperkenalkan konsep “attitude”, seperangkat nilai yang telah lama dikembangkan di STIE Malangkucecwara. Nilai-nilai ini mencakup apresiatif, manajemen waktu, kerja sama tim, inisiatif, empati, dedikasi, dan semangat belajar tanpa henti. Ia menjelaskan bahwa setiap aspek attitude tersebut sangat berkaitan dengan sila-sila Pancasila.

1

“Gotong royong, misalnya, ada dalam teamwork dan time management. Sementara endless learning itu mencerminkan sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, karena orang yang mau belajar terus itu punya iman dan tekad untuk menjadi lebih baik,” katanya.

Bunyamin juga menyoroti peran AI sebagai sarana pembelajaran etis bagi mahasiswa, terutama dalam hal manajemen waktu. Ia mencontohkan bagaimana aplikasi seperti Google Calendar bisa membantu mahasiswa menata tugas, kuliah, dan deadline dengan lebih efisien. 

“Banyak mahasiswa mengira time management hanya soal disiplin waktu, padahal lebih luas. AI bisa membantu mereka menata beban kerja agar tidak stres, tidak lembur tanpa arah. Dengan begitu, mahasiswa belajar hidup sehat dan seimbang. Itulah bagian dari manusia pancasilais, sehat jasmani dan pikirannya,” ujarnya.

Baginya, AI seharusnya tidak menjadi alat yang menundukkan manusia, melainkan teknologi yang diatur oleh etika. “AI itu bukan entitas sakral. Orang yang punya integritas akan jujur menyebut bahwa ia memakai AI, tapi tetap kritis. AI hanya membantu memantik ide, bukan mengambil alih pikiran manusia,” tegasnya.

Baca Juga : Dari Kuda Angkut ke Pos Udara: Sejarah Layanan Pos di Hindia Belanda 1862-1930

Konsep Attitude di STIE Malangkucecwara bukan sekadar teori di atas kertas. Nilai ini sudah dikembangkan sejak dua dekade lalu melalui hibah pendidikan yang menantang kampus untuk membentuk mahasiswa dengan soft skill unggul. “Hard skill bisa diajarkan. Tapi attitude itu hasil pembiasaan,” ujar Bunyamin.

Prosesnya panjang. Nilai attitude itu ditanamkan sejak masa orientasi mahasiswa baru melalui program Pengenalan Soft Skill Mahasiswa (PSSM) dan terus diinternalisasi dalam perkuliahan. Para dosen juga didorong untuk memberi penghargaan bagi mahasiswa yang jujur dan berintegritas, bahkan jika mereka mengakui telah menggunakan AI untuk membantu tugas. “Kalau dia jujur dan mau memperbaiki, kita apresiasi. Integritas itu mahal,” ujarnya.

Menurut Bunyamin, pendidikan di kampus seharusnya tidak kaku dan menghukum, melainkan membentuk manusia yang berkarakter. “Kalau mahasiswa terlambat, jangan langsung dilarang masuk. Tanyakan alasannya dulu. Pendidikan bukan tentang menghukum, tapi membentuk kesadaran moral,” tambahnya.

Ia yakin, mahasiswa yang mempraktikkan nilai-nilai attitude tidak hanya akan mudah terserap di dunia kerja, tetapi juga menjadi manusia Indonesia seutuhnya. “Mereka punya critical thinking, etika, kemampuan berdialog dengan AI tanpa kehilangan kemanusiaannya. Itu manusia pancasilais versi abad ini,” ujarnya mantap.

Nilai-nilai yang ditanamkan STIE Malangkucecwara itu, kata Bunyamin, akan terus relevan sepanjang zaman. “Setiap kali ada asesor akreditasi datang, mereka selalu bilang: this is good. Karena attitude bukan tren sesaat, tapi fondasi karakter bangsa,” pungkasnya.


Topik

Pendidikan STIE Malangkucecwara Pancasila spirit Pancasila era AI



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Magetan Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Yunan Helmy

Pendidikan

Artikel terkait di Pendidikan