Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Kesehatan

Mengenal Penyakit Stiff-Person Syndrome yang Diidap Penyanyi Celine Dion 

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Yunan Helmy

11 - Dec - 2022, 02:24

Placeholder
Penyanyi Celine Dion yang membatalkan tur Eropa pada Februari 2023 nanti karena kondisi kesehatannya. (foto:Instagram Celine Dion)

JATIMTIMES - Baru-baru ini publik digegerkan dengan unggahan penyanyi Celine Dion yang membatalkan tur Eropa pada Februari 2023 nanti karena kondisi kesehatannya. 

Dalam unggahan Instagramnya, pelantun lagu 'My Heart Will Go On' itu mengungkapkan bahwa dirinya didiagnosis dengan kondisi neurologis atau gangguan saraf langka yang disebut stiff person syndrome.

Baca Juga : Hanya Lulusan SMP hingga SMA, 6 Artis Ini Punya Karir Bersinar di Dunia Hiburan

Menurut Dion, kondisi tersebut menyebabkan kekakuan dan kejang pada beberapa otot di tubuh. Pakar medis mengatakan itu hanya terjadi pada sekitar satu atau dua orang dalam satu juta populasi. 

"Kejang ini memengaruhi setiap aspek kehidupan sehari-hari saya. Terkadang menyebabkan kesulitan saat berjalan dan tidak memungkinkan saya menggunakan pita suara untuk bernyanyi seperti biasanya," ujar Dion, seperti dilansir melalui Instagramnya. 

Dion juga mengatakan bahwa dirinya akan terus mengupayakan pemulihan bersama tim medis dan keluarganya. "Saya bekerja keras dengan terapis kedokteran olahraga setiap hari untuk membangun kembali kekuatan dan kemampuan saya agar bisa tampil lagi Tapi harus kuakui, ini adalah sebuah perjuangan," katanya.

Tampak dalam video yang diunggahnya, Dion mengambil banyak jeda panjang selama berbicara, menangis dan menenangkan diri lagi. Suaranya pun berkali-kali terdengar pecah.

"Yang saya tahu hanyalah bernyanyi. Itulah yang telah saya lakukan sepanjang hidup saya dan itulah yang paling saya sukai. Aku sangat merindukanmu. Aku rindu melihat kalian semua, berada di atas panggung, tampil untukmu," kata Dion.

"Saya tidak punya pilihan selain berkonsentrasi pada kesehatan saya saat ini. Dan saya berharap bisa segera pulih," tegasnya.

Dilansir laman Halodokter yang telah direview oleh dr Fadhli Rizal Makarim, disebutkan stiff person syndrome adalah penyakit langka yang menyasar sistem saraf. Pengidapnya mengalami kejang otot dan menurunnya kepekaan terhadap sentuhan. 

Hingga kini, penyebab pasti stiff person syndrome masih terus diteliti.  Namun, sebagian besar ahli menduga kalau penyakit saraf tersebut disebabkan oleh gangguan autoimun. Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melawan benda asing (bakteri dan virus) malah merusak sel-sel yang sehat.

Dilansir Yale Medicine, sindrom langka ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang protein yang disebut dekarboksilase asam glutamat (GAD). Protein tersebut membuat zat yang disebut asam gamma-aminobutirat (GABA). Nah, GABA ini mengatur gerakan saraf dengan mengurangi aktivitas saraf.

Ketika jumlah GABA semakin rendah, saraf-saraf tersebut akan selalu aktif. Kemungkinan, kondisi tersebut yang menyebabkan kejang otot pada pengidap stiff person syndrome. Pasalnya, lebih dari 60 persen pengidap sindrom ini memiliki sel anti-GAD dalam darah dan cairan serebrospinal (cairan yang mengelilingi otak).

Baca Juga : Disebut Punya Masalah Pribadi, Jinni Keluar dari NMIXX

Selain rendahnya jumlah GABA, sebagian besar pengidap stiff person syndrome juga mengidap penyakit autoimun lainnya. Antara lain diabetes tipe 1, vitiligo dan anemia pernisiosa. Kondisi ini juga rentan menyasar pengidap kanker. Meski begitu, seluruh dugaan tersebut masih terus diteliti.

Gejala utama stiff person syndrome adalah otot kaku pada bagian tubuh dan tungkai. Kekakuan ini sering terjadi bersamaan dengan kejang otot. Nah, ada sejumlah faktor yang memicu  kejang. Beberapa di antaranya karena rangsangan lingkungan (seperti suara keras) atau tekanan emosional.

Dalam kasus yang cukup parah, kejang otot dapat membuat pengidapnya jatuh saat otot-otot mengendur.  Seiring waktu, gejala tersebut bisa membuat pengidapnya sulit berjalan hingga lumpuh. Pengidap sindrom ini juga berisiko mengalami depresi dan kecemasan. Sebab, penyakitnya sulit diprediksi dan rendahnya GABA bisa mengganggu bagian otak yang mengatur kecemasan.

Tidak mudah untuk mendiagnosis stiff person syndrome. Dokter perlu mencari gejala khas sindrom ini dan melakukan pemeriksaan secara komprehensif. Pada umumnya, dokter melakukan pemeriksaan tambahan, seperti tes darah dan analisis cairan tulang belakang untuk membantu proses diagnosis. Tes tambahan tersebut bisa membantu dokter untuk mencari tingkatan kadar antibodi GAD.

Selain tes-tes di atas, pemeriksaan elektromiografi juga bisa dilakukan untuk mempelajari aktivitas listrik otot rangka. Lewat pemeriksaan tersebut, dokter mengidentifikasi gerakan abnormal yang umumnya dialami oleh pengidap sindrom ini.

Sayangnya, hingga kini belum ditemukan obat untuk stiff person syndrome. Namun, dokter meresepkan sejumlah obat-obatan untuk meredakan gejalanya. Misalnya, obat penenang, pelemas otot, dan steroid.

Imunoglobulin intravena dan plasmaferesis adalah imunoterapi yang kerap diresepkan untuk mengelola gangguan autoimun. Selain obat-obatan, pengidapnya juga dianjurkan untuk menjalani terapi fisik guna mencegah kelumpuhan.


Topik

Kesehatan



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Magetan Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Binti Nikmatur

Editor

Yunan Helmy