Remaja Sanankulon Terseret Arus Brantas, Hanyut Saat Berenang Tanpa Pelampung!
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Nurlayla Ratri
28 - May - 2025, 01:03
JATIMTIMES –Sungai Brantas kembali menelan korban. Seorang remaja bernama MDN (19), warga Dusun Gendong, Desa Purworejo, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar, dilaporkan hanyut dan tenggelam saat berenang bersama tiga temannya pada Selasa sore (27/5/2025). Hingga Rabu pagi (28/5/2025), pencarian korban masih terus dilakukan oleh tim gabungan, namun jasad pemuda itu belum juga ditemukan.
Informasi yang dihimpun di lokasi kejadian menyebutkan, peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 15.40 WIB. Saat itu, MDN bersama tiga rekannya, yakni MA (14), AI (13), dan FS (14), nekat berenang di Sungai Brantas tanpa pelampung atau pengaman. Mereka menyebrang dari sisi utara menuju sisi selatan sungai. Arus deras rupanya tak diindahkan, karena keempat remaja itu berhasil mencapai sisi selatan sungai.
Baca Juga : Hadiri Puncak Bersih Desa, Mas Ibin Ajak Warga Bendogerit Lestarikan Tradisi sebagai Identitas Budaya Blitar
Namun malapetaka terjadi ketika mereka hendak kembali ke utara. Ketiga teman MDN berhasil mencapai tepian, namun MDN justru terjebak di tengah arus. Ia terlihat panik dan sempat berteriak meminta tolong sebelum tubuhnya terseret pusaran air. Upaya ketiga temannya untuk menolong pun gagal. MDN tenggelam di hadapan mereka.
Kasi Humas Polres Blitar Kota, Iptu Samsul Anwar, membenarkan adanya laporan remaja tenggelam di Sungai Brantas wilayah Dusun Gendong, Desa Purworejo. “Korban sempat terlihat meminta tolong, dan teman-temannya sudah berusaha menolong. Namun korban tidak bisa diselamatkan karena arus sangat deras,” ujarnya, Rabu (28/5/2025).
MDN terakhir terlihat mengenakan celana pendek hitam dan tanpa kaos. Atas insiden tersebut, pihak keluarga segera melapor ke Polsek Sanankulon. Pencarian langsung dilakukan sejak sore itu, namun hingga malam hari belum membuahkan hasil.
Lebar Sungai Brantas di titik kejadian mencapai 25 hingga 30 meter, dengan arus yang dikenal ganas meski cuaca sedang cerah. “Cuaca sore itu memang terang, tapi arus sungai tidak bisa dianggap sepele,” sambung Iptu Samsul.
Upaya pencarian berlanjut ke hari kedua. Sebanyak 35 personel gabungan diterjunkan, terdiri dari tim SAR Malang, BPBD, TNI, Polri, dan relawan lokal. Mereka menggunakan dua perahu karet dan membentuk dua tim pencarian. Satu tim menyisir aliran sungai sejauh 1–3 kilometer dari titik korban hanyut, sedangkan tim lainnya berjaga di titik-titik strategis untuk antisipasi bila jasad korban muncul.
Koordinator Unit Siaga SAR Malang, Yoni Fariza, mengatakan bahwa pencarian hari pertama sudah dilakukan secara intensif. “Kami sebar petugas di beberapa titik. Sementara tim utama menyusuri aliran sungai dengan perahu karet. Kami juga sudah berkoordinasi dengan penjaga pintu air, siapa tahu korban terbawa arus sampai wilayah Kediri,” terangnya.
Baca Juga : Hasil Sidang Isbat Kemenag, 1 Dzulhijjah 1446 Jatuh 28 Mei, Iduladha 2025 pada 6 Juni 2025
Yoni menyebutkan bahwa lokasi kejadian dikenal sebagai titik rawan. Beberapa tahun terakhir, sudah lebih dari dua kali terjadi korban hanyut di titik yang hampir sama. “Harusnya sudah ada peringatan khusus atau pembatasan aktivitas di sungai. Apalagi kalau musim hujan dan debit air tinggi,” tambahnya.Meski belum ditemukan, petugas masih optimistis korban akan segera ditemukan dalam radius pencarian.
Insiden tragis ini menambah panjang daftar korban Sungai Brantas. Kepolisian mengimbau masyarakat, khususnya remaja, agar tidak berenang di sungai tanpa pengawasan dan alat keselamatan. “Kami minta warga tidak bermain-main dengan alam. Sungai Brantas bukan tempat bermain yang aman, apalagi saat arus deras,” tegas Iptu Samsul.
Pencarian masih berlanjut hari ini. Tim SAR berharap jasad korban bisa segera ditemukan agar keluarga tidak terus-terusan dalam ketidakpastian. Sungai Brantas, yang sepanjang sejarahnya dikenal sebagai sungai besar dan deras, sekali lagi menunjukkan bahwa ia bukan tempat untuk main-main.